Sidoarjo, JADIKABAR.COM – Setelah proses evakuasi korban dinyatakan tuntas, kini perhatian publik beralih ke penanganan material reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Selama sembilan hari sejak Senin (29/9) hingga Selasa (7/10), sebanyak 327 truk dikerahkan untuk mengangkut sisa reruntuhan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon. Total material yang berhasil dikumpulkan mencapai 1.262 ton.
Kepala TPA Jabon, Hajid Arif Hidayat, mengatakan penanganan material dilakukan secara ketat dengan koordinasi lintas instansi agar tidak menimbulkan dampak lingkungan baru.
“Kami kerahkan hampir 200 personel petugas TPA dan kebersihan. Mereka bekerja bergantian sejak hari pertama kejadian. Armada dari DLH dan TPA terus beroperasi hingga proses pengangkutan selesai,” jelas Hajid, Selasa (7/10).
Material reruntuhan bangunan kini disimpan di area selatan TPA Jabon, yang diberi garis pembatas khusus dan dinyatakan tertutup untuk umum. Hanya petugas berwenang yang diizinkan memasuki area itu untuk memastikan keamanan dan ketertiban pembuangan material.
Selain puing-puing bangunan, tim di lapangan juga menemukan dua sepeda motor dan satu mobil yang tertimbun di antara reruntuhan. Hajid menambahkan, 70 armada truk DLH Sidoarjo dikerahkan selama proses pengangkutan berlangsung.
“Semua material kami pusatkan di sini karena memang tidak ada lokasi lain yang bisa menampung sebanyak itu. Kami pastikan penanganannya aman dan sesuai prosedur lingkungan,” tambahnya.
Selama masa tanggap darurat, aktivitas di lokasi kejadian juga memicu peningkatan volume sampah. TPA Jabon mencatat rata-rata enam truk mini dam sampah tambahan per hari, berasal dari logistik relawan, sisa makanan, dan limbah kegiatan di sekitar pondok.
TPA Jabon kini menjadi satu-satunya lokasi pembuangan material reruntuhan Ponpes Al-Khoziny. DLH Sidoarjo memastikan pengelolaan material dilakukan secara aman dan terkendali, termasuk dengan pemisahan area penyimpanan untuk mencegah dampak lingkungan lanjutan.
Pondok Pesantren Al-Khoziny berdiri sejak awal 1980-an di wilayah Buduran, Sidoarjo. Dikenal sebagai salah satu pesantren tertua di kawasan tersebut, lembaga ini menjadi pusat pendidikan Islam dan pengajaran kitab klasik. Bangunan utama yang roboh adalah asrama santri putra yang baru selesai direnovasi dua tahun lalu.
Bagi masyarakat Sidoarjo, Ponpes Al-Khoziny bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan juga tempat yang menanamkan nilai-nilai kebersamaan, kesederhanaan, dan spiritualitas.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar konstruksi bangunan pendidikan di wilayahnya. Langkah ini menjadi respons atas tragedi Al-Khoziny yang menelan banyak korban jiwa.
“Pemkab Sidoarjo akan terus mendampingi proses pemulihan, baik sosial maupun lingkungan. Ke depan, keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap pembangunan fasilitas pendidikan,” ujar Bupati Sidoarjo dalam pernyataannya.
Kini, tumpukan material reruntuhan di TPA Jabon menjadi saksi bisu atas musibah yang mengguncang banyak hati. Di balik 1.262 ton puing itu, tersimpan duka, kenangan, sekaligus pengingat bahwa pembangunan harus berpijak pada tanggung jawab, bukan sekadar berdiri di atas semen dan besi.