Malang, JADIKABAR.COM – Tradisi Petik Laut kembali digelar meriah oleh para nelayan di pesisir selatan Kabupaten Malang pada Jumat (27/9/2025). Ratusan nelayan bersama masyarakat tumpah ruah di pantai, mengikuti prosesi adat tahunan yang sarat makna spiritual dan budaya.
Petik Laut merupakan tradisi turun-temurun sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas rezeki melimpah dari hasil laut, sekaligus doa keselamatan bagi para nelayan dalam mencari nafkah di tengah samudera. Dalam prosesi ini, sebuah sesaji berupa kepala sapi, tumpeng, dan hasil bumi dilarungkan ke laut menggunakan perahu yang telah dihias meriah.
Bupati Malang, Sanusi, yang turut hadir dalam acara tersebut menegaskan makna filosofi dari larungan.
“Tujuan dari petik laut dan larungan ini adalah bersedekah kepada penghuni laut yaitu ikan-ikan, supaya ikannya gemuk-gemuk,” ujar Sanusi dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa bersedekah tak harus kepada manusia, tetapi juga kepada hewan, khususnya ikan. Setelah melakukan sedekah, ia yakin para nelayan akan lebih semangat dalam bekerja dan dihindarkan dari musibah.
“Setelah larungan, besok nangkap (ikan) itu semangat, karena sedekah tadi. Dengan sedekah ini, Insya Allah bisa menolak bala, menjaga diri dari musibah,” imbuhnya.
Sanusi juga mengusulkan agar tradisi Petik Laut bisa dikembangkan menjadi agenda pariwisata daerah.
“Mungkin ini bisa dijadikan agenda pariwisata Jawa Timur,” usulnya.
Tradisi Petik Laut dipercaya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Seiring perjalanan waktu, ritual ini tidak hanya menjadi acara adat, tetapi juga atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan. Pemerintah daerah pun turut mendukung pelaksanaan acara sebagai bagian dari pelestarian budaya sekaligus promosi pariwisata bahari.
Kepala Desa setempat menegaskan bahwa Petik Laut adalah warisan leluhur yang harus dijaga. “Selain nilai spiritual, ada pula nilai sosial karena mampu memperkuat gotong royong. Semua warga terlibat, dari persiapan hingga pelaksanaan. Bahkan, anak-anak muda ikut membantu menghias perahu dan panggung acara,” katanya.
Selain prosesi adat, Petik Laut juga berdampak positif bagi perekonomian masyarakat. Banyak pedagang kecil yang berjualan di sekitar lokasi, mulai dari kuliner khas laut, kerajinan tangan, hingga pakaian. Ribuan pengunjung yang datang menjadi peluang besar bagi pelaku UMKM.
“Alhamdulillah dagangan laku keras, apalagi ada banyak wisatawan luar daerah yang datang. Semoga acara ini rutin dilaksanakan setiap tahun,” tutur Ibu Rini, salah satu pedagang.
Di balik kemeriahan Petik Laut, nelayan juga menitipkan harapan kepada pemerintah agar terus memperhatikan kesejahteraan mereka. Mulai dari stabilitas harga ikan, subsidi BBM untuk kapal, hingga akses permodalan yang lebih mudah.
“Tradisi ini adalah doa kami, tapi tentu saja butuh dukungan nyata dari pemerintah agar hidup nelayan lebih sejahtera,” kata Joko, nelayan muda.
Dengan tradisi Petik Laut, masyarakat pesisir membuktikan bahwa budaya, doa, dan kebersamaan bisa menjadi energi untuk menjaga hubungan harmonis dengan alam, sekaligus memperkuat identitas maritim bangsa.