JADIKABAR.COM – Di antara deretan bangunan tua yang masih berdiri di wilayah Tulangan, terdapat sebuah pabrik gula peninggalan kolonial Belanda yang hingga kini menyimpan misteri tak terpecahkan. Selain dikenal sebagai saksi bisu sejarah industri manis zaman penjajahan, pabrik ini juga menyimpan kisah urban legend yang telah beredar selama puluhan tahun yaitu penampakan noni Belanda bergaun putih.
Meski kini aktivitas produksi sudah jauh berkurang dan sebagian bangunan mulai ditinggalkan, cerita tentang sosok misterius tersebut masih terus menghantui para pekerja, penjaga malam, hingga warga sekitar. Bagi masyarakat lokal, cerita tentang sang “noni” bukan sekadar dongeng horor, melainkan bagian dari warisan mistis yang hidup berdampingan dengan sejarah.
Pabrik gula ini dibangun pada akhir abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian dari perluasan industri gula di wilayah Jawa Timur. Bangunannya kokoh, berarsitektur khas Eropa, dan menggunakan batu bata merah yang masih tampak kokoh meski dimakan usia. Pada masa jayanya, pabrik ini menjadi tempat kerja ratusan pribumi yang sebagian besar dipekerjakan dalam kondisi berat dan minim hak.
Banyak kisah kelam tersimpan dalam ingatan para sesepuh desa. Beberapa menyebut pernah terjadi kecelakaan kerja, wabah penyakit, hingga perlakuan tidak manusiawi terhadap para buruh. Di sinilah, menurut cerita warga, awal mula munculnya energi negatif dan gangguan-gangguan gaib di lokasi tersebut.
Cerita tentang “Noni Belanda” mulai mencuat pada awal 1980-an. Para penjaga malam sering melaporkan mendengar suara sepatu hak tinggi berjalan menyusuri lorong, suara perempuan menyanyi dalam bahasa asing, hingga penampakan perempuan bergaun putih berjalan melintasi jendela tua di lantai dua gedung utama.
Salah satu mantan petugas keamanan pabrik, Pak Sutikno (65), mengaku pernah melihat penampakan itu secara langsung. “Jam satu malam, saya lagi keliling area belakang. Tiba-tiba saya lihat ada perempuan berdiri di jendela atas. Gaunnya putih, rambutnya pirang, dan kulitnya pucat. Awalnya saya kira tamu atau orang nyasar, tapi waktu saya teriak dan naik ke atas, dia hilang,” ceritanya sambil menunjuk ke arah gedung tua.
Menurut kepercayaan lokal, sosok noni Belanda ini bukan hantu jahat. Ia dipercaya sebagai arwah penasaran seorang wanita Belanda yang bunuh diri di pabrik itu karena cintanya tidak direstui atau karena mengalami trauma saat masa penjajahan berakhir. Namun, versi cerita ini bervariasi — ada yang bilang ia korban pembunuhan, ada pula yang menyebut ia istri salah satu mandor Belanda yang meninggal secara tragis.
Meski tak semua orang percaya, kisah ini sudah menjadi bagian dari identitas pabrik gula tersebut. Beberapa komunitas pemburu hantu bahkan pernah melakukan “penelusuran malam” di area pabrik. Mereka mengaku merasakan hawa dingin yang tidak wajar, suara-suara aneh, dan sesekali penampakan bayangan putih melintas cepat di lorong-lorong gelap.
Pihak pemerintah setempat sendiri belum secara resmi mengembangkan pabrik ini sebagai lokasi wisata heritage atau wisata horor, meskipun potensinya besar. Sejumlah pegiat sejarah dan budaya telah mengusulkan agar pabrik ini dijadikan situs cagar budaya, karena selain arsitekturnya unik, kisah mistisnya bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Cerita Noni Belanda ini bukan hanya soal hantu atau ketakutan malam. Ia juga mencerminkan luka sejarah, kehidupan keras pada masa penjajahan, dan ingatan kolektif masyarakat yang diwariskan secara lisan. Cerita-cerita semacam ini mengingatkan bahwa bangunan tua bukan sekadar batu dan semen — tapi juga tempat di mana waktu, manusia, dan energi saling bertemu.
Apakah kamu cukup berani untuk menelusuri lorong-lorong pabrik tua itu di malam hari? Mungkin, di ujung lorong gelap itu, sang noni masih berdiri, menatap dengan tatapan kosong. menanti seseorang untuk mendengarkan kisahnya yang belum selesai. (Red)