banner 728x250

Revitalisasi Bahasa Jawa, Dispendik Surabaya Luncurkan Program ‘Kamis Mlipis’ di Sekolah

Jaka Media
Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh saat menjelaskan program “Kamis Mlipis” dalam konferensi pers di kantor Dinas Pendidikan. (Foto Ist)

SURABAYA, JADIKABAR.COM – Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya lokal, khususnya Bahasa Jawa. Salah satu langkah nyatanya adalah mencanangkan program “Kamis Mlipis”, yakni penggunaan Bahasa Jawa, khususnya Krama Inggil, di seluruh sekolah setiap hari Kamis.

Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari implementasi Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 2025 tentang Muatan Lokal Wajib Bahasa Jawa. Artinya, mulai dari jenjang TK hingga SMP, Bahasa Jawa menjadi pelajaran wajib di Kota Pahlawan.

“Kami ingin agar penggunaan Bahasa Jawa, terutama Krama Inggil, tidak hanya diajarkan di buku, tapi juga dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari warga sekolah. Kamis Mlipis jadi momentum pelestarian yang konkret,” ujar Yusuf, Rabu (2/7).

Dispendik Surabaya menyadari bahwa siswa datang dari latar belakang budaya dan kemampuan berbahasa yang beragam. Untuk itu, pendekatan yang digunakan akan menyesuaikan karakteristik Bahasa Jawa khas Surabaya. Cerita, dongeng, bahkan komedi tunggal akan dikembangkan menggunakan kosakata lokal seperti “rek” dan “koen”.

Program ini juga menekankan pentingnya praktik, bukan hanya teori. Setiap Kamis, guru dan siswa akan berinteraksi, berdiskusi, dan menjalankan aktivitas sekolah dengan Bahasa Jawa.

Untuk memastikan keberhasilan program, Dispendik telah bekerja sama dengan Balai Bahasa Jawa Timur, MGMP Bahasa Jawa, dan perwakilan daerah tetangga seperti Sidoarjo dan Gresik. Koordinasi ini menghasilkan penandatanganan komitmen dukungan revitalisasi Bahasa Jawa, yang disaksikan langsung oleh Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra.

“Kami bentuk tim guru dari SD dan SMP sebagai ujung tombak sosialisasi di lapangan. Mereka juga ikut menyusun modul ajar bersama tim Balai Bahasa dan universitas,” jelas Yusuf.

Tim berjumlah 24 guru 12 guru SD dan 12 guru SMP akan menjadi narasumber di wilayah masing-masing dan menyampaikan panduan ajar ke sekolah-sekolah lain.

Sebagai bagian dari revitalisasi, Dispendik akan menggelar beragam lomba berbahasa Jawa antar sekolah, mulai dari puisi, cerpen, mendongeng, menulis aksara Jawa, hingga pidato dalam Bahasa Jawa. Modul ajar khusus juga sedang dikurasi bersama Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan akan digunakan secara serentak mulai tahun ajaran baru.

MGMP Bahasa Jawa Kota Surabaya turut diberi mandat resmi menyusun modul tersebut, lengkap dengan Surat Perintah Tugas (SPT).

Meski belum ada program uji coba resmi, namun pelatihan intensif bagi guru-guru telah disiapkan. Balai Bahasa Jawa Timur akan mendampingi pelaksanaan program, sekaligus menjadi evaluator utama melalui jurnal kegiatan dan pelaporan dari tiap sekolah.

Dispendik optimistis bahwa dengan perencanaan matang dan kolaborasi lintas sektor, penggunaan Bahasa Jawa, khususnya Krama Inggil, akan semakin mengakar dalam keseharian siswa.

“Ini bukan sekadar pelajaran, tapi juga warisan budaya yang harus dijaga. Kami yakin generasi muda Surabaya bisa mewarisi Bahasa Jawa dengan bangga,” tutup Yusuf.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *