Jumat, 2 Mei 2025
23.4 C
Indonesia

Sejarah Hari Buruh dan Sisi Kelam Perjuangan Kaum Pekerja

Jadikabar.com – Hari Buruh Internasional, atau dikenal juga sebagai May Day, diperingati setiap tanggal 1 Mei oleh jutaan pekerja di seluruh dunia. Namun, di balik hari perayaan itu, tersembunyi sejarah panjang penuh darah, peluh, dan air mata dari para buruh yang menuntut keadilan.

Pada akhir abad ke-19, revolusi industri mengubah wajah dunia kerja. Di Amerika Serikat, para pekerja dipaksa bekerja 10–16 jam per hari dalam kondisi yang sangat buruk. Anak-anak juga turut dipekerjakan dengan upah rendah.

Puncak perlawanan terjadi pada 1 Mei 1886, ketika ratusan ribu buruh melakukan aksi mogok di berbagai kota, menuntut jam kerja dikurangi menjadi 8 jam. Aksi ini memuncak dalam tragedi Haymarket di Chicago pada 4 Mei 1886. Polisi menembak dan menewaskan para demonstran, sementara sebuah bom meledak dan membunuh petugas. Sejumlah pemimpin buruh dijatuhi hukuman mati tanpa bukti yang jelas.

Seiring waktu, perjuangan buruh terus berlanjut dengan berbagai bentuk penindasan:
Pabrik Keringat (Sweatshops) di Asia Tenggara dan negara berkembang mempekerjakan wanita dan anak-anak dalam kondisi berbahaya demi produksi cepat dan murah.

Tragedi Rana Plaza (2013) di Bangladesh menewaskan lebih dari 1.100 buruh garmen karena runtuhnya gedung yang tak layak pakai. Mereka dipaksa bekerja meski gedung sudah retak.
Di Indonesia sendiri, banyak buruh outsourcing, buruh harian lepas, dan buruh migran mengalami eksploitasi, tidak dibayar layak, bahkan mengalami kekerasan fisik dan seksual.

Di Indonesia, Hari Buruh sempat dianggap tabu selama Orde Baru, karena dianggap terkait dengan komunisme. Baru pada 2013, pemerintah menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Namun hingga kini, tuntutan buruh tetap berlangsung: upah layak, jaminan sosial, dan penghentian sistem kerja yang eksploitatif.

Hari Buruh bukan sekadar perayaan. Ini adalah momen refleksi atas perjuangan yang belum selesai. Di balik setiap gaji yang diterima, ada sejarah panjang penuh pengorbanan. Karena itu, mari hargai hak-hak buruh. Suara mereka adalah suara kehidupan.

advertisementspot_img
advertisementspot_img
spot_img

Subscribe

Related articles

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini