Berita  

Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi Gelar Assessment Lokasi, Perkuat Peran Pemuda Lintas Iman Hadapi Krisis Iklim

Jaka Media
Suasana akrab FGD di Desa Kalipait dengan partisipasi warga lintas agama dan komunitas.

Banyuwangi, Jadikabar.com – Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi memulai langkah awal implementasi program Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism (SMILE) dengan menggelar kegiatan assessment lokasi di Desa Kalipait dan Desa Temurejo, Selasa (12/8). Program ini bertujuan memperkuat kepemimpinan kaum muda lintas iman dalam menghadapi perubahan iklim dengan mengedepankan prinsip keadilan gender dan ekofeminisme.

Kegiatan assessment dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) di Desa Kalipait, Dusun Kutorejo pada sesi pagi, lalu dilanjutkan di Desa Temurejo, Dusun Sumberjambe pada sesi sore. Diskusi membahas potensi usaha ramah lingkungan berbasis komunitas, isu ekologi yang dihadapi masyarakat, serta tantangan penerapan program berbasis eco literacy, eco sociopreneurship, dan advokasi iklim.

“Kegiatan ini bertujuan memperoleh data awal dan gambaran mendalam mengenai karakteristik sosial, keagamaan, ekologi, dan potensi kepemudaan di dua desa target. Semua informasi ini akan menjadi dasar perencanaan program yang tepat sasaran,” jelas Zahrotul Janah, Focal Point SMILE Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi.

FGD dihadiri tokoh masyarakat, tokoh agama, komunitas pemuda, dan organisasi perempuan dari masing-masing desa. Selain berdiskusi, tim juga melakukan survei lapangan untuk melihat langsung kondisi sosial dan lingkungan. “Kami ingin menggali cerita-cerita lokal, bagaimana warga merawat kerukunan dan toleransi, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Itu adalah kekayaan khas Kalipait dan Temurejo,” tambah Zahrotul.

Mewakili Desa Kalipait, Erik dari BUMDes Kalipait menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini. Ia mencontohkan, dalam setiap acara budaya seperti kirab atau perayaan ogoh-ogoh, warga dari berbagai latar belakang ikut terlibat. “Kita saling membantu dan menjaga, baik saat acara keagamaan maupun budaya. Ini modal penting bagi penguatan program lintas iman,” ungkapnya.

Dukungan serupa datang dari Mujiono, perwakilan Pemerintah Desa Temurejo. Menurutnya, menyatukan misi keberagaman dengan kepedulian lingkungan adalah langkah penting. “Semoga kegiatan ini memberi manfaat bagi pemuda dan organisasi keagamaan di desa kami,” ujarnya.

Dalam pelaksanaannya, tim menggunakan pendekatan partisipatif dan analisis berbasis gender. Wawancara mendalam dilakukan kepada kepala desa, tokoh agama, serta perwakilan komunitas lokal untuk memetakan potensi, tantangan, dan pihak-pihak yang dapat menjadi mitra strategis.

Hasil assessment akan dirangkum dalam kajian yang memuat peta aktor dan komunitas, profil ekologi-sosial, serta daftar mitra potensial. Kajian ini menjadi panduan utama agar implementasi program SMILE di Banyuwangi berjalan efektif, inklusif, dan memberi dampak positif jangka panjang bagi masyarakat.

SMILE merupakan inisiatif Eco Bhinneka Muhammadiyah yang mendorong keterlibatan aktif generasi muda—terutama perempuan dan kelompok disabilitas—dalam mengatasi krisis iklim. Program ini menggabungkan nilai keberagaman, keadilan gender, dan ekofeminisme untuk menciptakan aksi nyata di tingkat komunitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *