MALANG, JADIKABAR.COM – Dalam pencegahan pernikahan dini (perkawinan anak) di Kabupaten Program INKLUSI kembali menunjukan komitmennya melalui stakeholder meeting. Acara tersebut di hadiri langsung oleh Pemerintah Daerah, perangkat Desa, hingga organisasi masyarakat, yang memberikan masukan strategis dalam memperkuat pencegahan perkawinan di usia dini.
Dr. Risa Elvia, S.Ag., M.Pd., sebagai Project Officer Monitoring, Evaluasi and Learning (MEL) memandu jalannya diskusi, sementara Ummi Khoirotin, S.Ssi., selaku Koordinator Program, memaparkan capaian dan tantangan yang dihadapi program INKLUSI.
“Kami mengusulkan alokasi dana tambahan untuk mendukung keluarga dengan anak-anak yang rentan, khususnya di desa-desa dengan orang tua bekerja sebagai TKI,” Ucapnya (4/12/2024).
Pengadilan Agama Kabupaten Malang, yang diwakili Khadijah, melaporkan penurunan signifikan kasus perkawinan anak, dari 1.400 kasus menjadi 1.003 kasus, seraya mengapresiasi pendekatan program INKLUSI yang menyentuh masyarakat akar rumput.
Fatayat PCNU Kabupaten Malang, Indah, menekankan pentingnya koordinasi yang lebih erat antar pihak. Ia menyebut pelaksanaan program ini ibarat sebuah orkestra yang membutuhkan harmoni dari semua pemain.
Perwakilan IPPNU Kabupaten Malang, menyarankan pembuatan konten digital edukatif untuk menjangkau generasi muda secara lebih efektif.
PC Muslimat NU, mendorong sosialisasi masif melalui ranting di desa dan penguatan peran PAC. Mereka juga meminta dukungan pemerintah dalam implementasi peraturan terkait perlindungan anak.
Perwakilan Desa Wonorejo, mengapresiasi keberhasilan pembuatan peraturan desa (Perdes) terkait pencegahan perkawinan anak, serta mengusulkan pembentukan ruang diskusi khusus bagi forum anak di tingkat desa.
Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk menciptakan strategi terpadu dalam pencegahan perkawinan anak. Dengan sinergi seluruh pihak, program INKLUSI diharapkan terus memberikan dampak nyata bagi masyarakat Kabupaten Malang.
Berita Terkait
Dinkes Kota Batu Lakukan Skrining Kantong TBC di Kelurahan Temas Batu – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu bersama Puskesmas Sisir menggelar kegiatan Skrining Kantong TBC di RW 11 Kelurahan Temas, pada Kamis (13/11). Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB ini dihadiri oleh Pemerintah Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Babinsa, dan warga setempat. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya deteksi dini penyakit Tuberkulosis (TBC), yakni infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Kepala Puskesmas Sisir, Sachariano, dalam penyuluhannya menjelaskan bahwa TBC dapat menular melalui percikan dahak saat seseorang batuk atau bersin, bahkan tanpa disadari. “TBC tidak selalu menunjukkan gejala langsung. Kuman bisa ‘tidur’ di dalam tubuh dan aktif ketika daya tahan menurun. Karena itu, deteksi dini penting untuk mencegah penularan,” jelasnya. Sachariano juga mengungkapkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Sisir terdapat sejumlah warga yang saat ini sedang menjalani pengobatan TBC dengan rentang usia beragam. Ia menekankan bahwa masyarakat tidak perlu takut karena pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan secara teratur melalui pendampingan tenaga kesehatan. Sementara itu, petugas Dinkes Kota Batu, Yoni Hadi Purnomo, menjelaskan bahwa tahapan skrining TBC dilakukan dengan dua metode. Yakni pemeriksaan dahak dan tuberculin skin test. “Bagi warga yang memiliki gejala batuk, akan dilakukan pemeriksaan dahak menggunakan tes cepat molekuler. Sementara yang tidak bergejala tetap diperiksa melalui tuberculin skin test untuk mendeteksi infeksi,” ujarnya. Yoni menambahkan, hasil tes akan muncul dua hari kemudian dan bagi warga yang menunjukkan hasil positif akan menjalani pemeriksaan lanjutan berupa foto toraks, untuk memastikan kondisi paru-paru agar segera mendapat penanganan. Seluruh pemeriksaan dan pengobatan ditanggung oleh Pemerintah Kota Batu. Selain pemeriksaan, kegiatan ini juga menjadi ajang edukasi agar masyarakat tidak memberikan stigma negatif kepada penderita TBC. “Orang dengan TBC tidak boleh dijauhi, tapi harus didukung agar mau berobat. Setelah dilakukan terapi berkala, risiko penularan dapat menurun,” tambah Yoni. Melalui kegiatan skrining ini, Dinkes berharap masyarakat semakin sadar pentingnya pencegahan dan deteksi dini TBC, sekaligus memperkuat langkah bersama menuju eliminasi TBC di Kota Batu.
Post Views: 290