Waduh Keracunan Massal di Bandung Barat Diduga Akibat Program Makan Siang Gratis

redaksi
Waduh Keracunan Massal di Bandung Barat Diduga Akibat Program Makan Siang Gratis
Petugas medis menangani siswa korban keracunan di Puskesmas Cipongkor.

Bandung Barat, Jadikabar.com – Suasana mendadak panik melanda Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Senin (22/9). Puluhan siswa dari SMK Pembangunan dan SMP Negeri 3 Cipongkor mengalami gejala dugaan keracunan massal usai mengikuti program makan siang gratis yang merupakan bagian dari program nasional peningkatan gizi siswa.

Sebanyak 47 siswa langsung dilarikan ke Puskesmas Cipongkor untuk mendapatkan pertolongan medis darurat. Dari jumlah tersebut, lima siswa terpaksa dirujuk ke RSUD Cililin karena membutuhkan perawatan intensif. Sementara puluhan siswa lainnya mendapat obat-obatan untuk mencegah kondisi memburuk.

Insiden bermula setelah siswa menyantap menu makan siang berupa nasi, ayam kecap, dan buah melon. Tidak lama kemudian, mereka mengeluhkan gejala mulai dari mual, pusing, hingga sakit perut.

Salah seorang siswa, Asbi, menceritakan pengalamannya.

“Makanannya ayam, yang baunya itu ayam kukus pakai kecap. Setelah makan, perut saya sakit, kepala pusing, mual. Saya hanya diberi obat, meskipun masih terasa sakit,” ungkap Asbi.

Kejadian ini mendapat perhatian serius dari pihak sekolah. Erik Zaenudin, S.Pd., M.Pd., Kepala Yayasan Pendidikan Pembangunan Bandung Barat, mengaku kaget dan prihatin dengan insiden yang menimpa siswanya.

“Pada dasarnya kita kaget ya, ada indikasi keracunan yang dialami siswa. Kita akan menunggu hasil pemeriksaan resmi untuk mengetahui penyebabnya. Yang jelas, ini jadi perhatian kita bersama,” ujarnya saat ditemui di halaman Puskesmas Cipongkor.

Program makan siang gratis merupakan program nasional yang dikelola pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) dengan tujuan meningkatkan gizi anak sekolah, mencegah stunting, serta meringankan beban ekonomi orang tua.

Namun, kasus di Bandung Barat ini menimbulkan pertanyaan serius tentang standar keamanan pangan yang diterapkan. Apakah proses pengolahan, distribusi, dan penyajian makanan sudah sesuai standar kesehatan? Bagaimana mekanisme pengawasan kualitas bahan makanan yang digunakan?

Sejarah mencatat, kasus dugaan keracunan makanan massal pernah beberapa kali terjadi di berbagai daerah di Indonesia, terutama ketika melibatkan penyedia katering dalam skala besar. Oleh karena itu, penerapan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dan Sertifikat Pemenuhan Persyaratan Gizi (SPPG) dinilai penting untuk memastikan kualitas makanan sebelum dikonsumsi siswa.

Hingga berita ini diturunkan, kondisi mayoritas siswa sudah berangsur stabil. Pemerintah daerah bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat sedang melakukan investigasi menyeluruh untuk memastikan penyebab pasti insiden, sekaligus mengevaluasi pelaksanaan program makan siang gratis agar kasus serupa tidak terulang kembali.

Masyarakat berharap peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, khususnya dalam memperketat pengawasan keamanan pangan demi melindungi generasi muda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *