Sidoarjo, Jadikabar.com – Proses penanganan bencana runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo memasuki hari keenam. Sabtu (4/10/2025), Kepala BNPB Letjen TNI Suhariyanto bersama Deputi III Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Budi Irawan, Laksamana Pertama Bramantyo, Kapolres Sidoarjo, Dandim 0816 Sidoarjo, serta sejumlah unsur Forkopimda menggelar rapat koordinasi di Posko Tanggap Darurat.
Rapat harian itu mengevaluasi kekurangan dan kelemahan operasi penyelamatan, sekaligus mencari solusi percepatan evakuasi korban. Suhariyanto menegaskan, proses pencarian akan terus diperkuat dengan penggunaan alat berat secara masif di titik-titik yang terindikasi masih ada korban.
“Hingga Jumat malam (3/10), ditemukan sembilan jenazah. Semuanya belum bisa diidentifikasi karena memerlukan waktu melalui proses DVI dengan metode sidik jari, gigi, hingga DNA,” ujar Suhariyanto.
Proses identifikasi korban berjalan lambat karena mayoritas korban merupakan santri yang masih anak-anak dan belum memiliki KTP ataupun rekam sidik jari. Kondisi jasad yang sudah lebih dari tiga hari berada di bawah reruntuhan membuat tanda visual sulit dikenali.
“Metode paling efektif saat ini adalah tes DNA. Namun itu memerlukan waktu. Data korban hilang masih berjumlah 49 orang dan menjadi prioritas pencarian tim gabungan,” jelasnya.
BNPB juga menekankan agar keluarga memahami mekanisme evakuasi. Jenazah korban yang ditemukan langsung dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses identifikasi, bukan diserahkan langsung kepada keluarga di lokasi.
“Kami siapkan fasilitas representatif di RS Bhayangkara, agar keluarga lebih nyaman menunggu proses identifikasi. Ini juga untuk menjaga ketenangan mereka di tengah situasi bencana,” tambah Suhariyanto.
Ponpes Al Khoziny merupakan salah satu pesantren besar di Sidoarjo yang berdiri sejak awal 1990-an. Ponpes ini dikenal sebagai pusat pendidikan agama dan menampung ratusan santri dari berbagai daerah di Jawa Timur. Bangunan yang runtuh adalah asrama putra berlantai dua yang sehari-hari digunakan sebagai tempat tinggal para santri.
Peristiwa runtuhnya bangunan ini menjadi tragedi besar di Sidoarjo. Dukungan datang dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, relawan, dan masyarakat. Sejak hari pertama bencana, tim SAR gabungan terus bekerja tanpa henti untuk menemukan korban di balik puing-puing.
Menurut BNPB, hingga Sabtu (4/10/2025) siang tercatat:
167 korban terdampak
118 korban ditemukan
103 selamat
2 selamat namun belum teridentifikasi
67 meninggal dunia
14 jenazah ditemukan
5 sudah teridentifikasi
9 masih dalam proses identifikasi oleh DVI
49 korban masih dalam pencarian
Suhariyanto menambahkan, pembersihan material baru mencapai 40 persen. Proses tetap dilakukan secara hati-hati karena dikhawatirkan masih ada jasad korban di dalam reruntuhan.
“Doa dari seluruh masyarakat sangat dibutuhkan. Kami mohon dukungan agar tidak ada pihak yang melakukan tindakan di luar prosedur, karena hal itu justru bisa menghambat proses pencarian dan pertolongan,” pungkasnya.