Kota Delta Sidoarjo, JADIKABAR.COM – Suasana di Pendopo Delta Wibawa, Minggu (7/12), berubah menjadi samudra lautan manusia. Ribuan warga dari berbagai penjuru Sidoarjo duduk rapi, melantunkan salawat, dzikir, dan doa bersama dalam gelaran Mujahadah Kubro yang dihadiri langsung oleh Bupati Sidoarjo, H. Subandi.
Sejak pagi, jamaah terus berdatangan. Udara penuh keheningan khusyuk, bercampur haru dengan lantunan salawat thariqah yang mengalun pelan, membawa pendopo pada suasana yang jarang terlihat: teduh, damai, dan penuh harapan.
Acara yang digelar Idaroh Syu’biyah JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah) Kabupaten Sidoarjo itu turut dihadiri para ulama dan tokoh besar: Forkopimda, Rois Syuriah PCNU Sidoarjo KH. R. Abdus Salam Mujib, Ketua Tanfidziyah PCNU KH. Zainal Abidin, Rois Syuriah JATMAN KH. Nurkholis Misbah, Mudir Syu’biyah JATMAN KH. Agus Ali Fikri, habaib, masyaikh, hingga badan otonom NU seperti Fatayat dan Muslimat NU.
Mujahadah Kubro bukan acara baru dalam tradisi Nahdlatul Ulama. Sejak ratusan tahun silam, mujahadah digelar oleh para mursyid thariqah sebagai sarana takhalli, tahalli, tajalli membersihkan hati, menghias diri dengan amal baik, lalu memantulkan cahaya ketenangan. JATMAN sebagai organisasi thariqah resmi NU telah lama menjadi penjaga tradisi ini menghidupkan dzikir sebagai laku spiritual, serta salawat sebagai perekat sosial umat.
Di Sidoarjo, tradisi ini tumbuh kuat terutama di lingkungan pesantren, jamaah thariqah, dan masyarakat yang rindu kedamaian batin. Karena itu ketika Idaroh Syu’biyah JATMAN menggelar Mujahadah Kubro, ribuan jamaah datang bukan karena ritual semata, melainkan rindu berkumpul dalam suasana penuh doa.
Bupati Sidoarjo H. Subandi menyampaikan rasa syukur atas antusiasme lebih dari 3.000 warga yang hadir. Baginya, mujahadah seperti ini adalah ruang pertemuan antara spiritualitas dan kebersamaan sosial.
“Mujahadah Kubro bukan sekadar ritual keagamaan. Ini ruang penguatan iman, ukhuwah, dan ketenangan batin masyarakat,” ujar Subandi.
Ia menegaskan bahwa doa bersama adalah ikhtiar spiritual yang penting bagi keselamatan bangsa, khususnya di tengah dinamika sosial, bencana alam, dan tantangan global.
“Doa ini kita tujukan untuk bangsa Indonesia, Jawa Timur, dan Sidoarjo. Kita mohon perlindungan, keberkahan, serta dijauhkan dari berbagai bencana,” tegasnya.
Bupati juga mengajak jamaah untuk terus mendukung para pemimpin bangsa agar diberi kekuatan dan kebijaksanaan dalam mengemban amanah.
Kehadiran para ulama, mursyid thariqah, habaib, serta masyarakat umum dalam satu majelis menjadi pemandangan yang jarang terjadi kecuali pada acara-acara besar.
“Persatuan ulama, umara, dan masyarakat adalah dasar utama pembangunan daerah. Semakin dekat, semakin kuat,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh panitia, relawan, dan jamaah yang mengikuti acara dengan khidmat.
Bupati menegaskan komitmen Pemkab Sidoarjo untuk menjadikan Pendopo Delta Wibawa sebagai rumah bagi kegiatan masyarakat.
“Pendopo ini milik warga. Pemerintah membuka luas untuk kegiatan keagamaan dan sosial,” katanya.
Harapannya sederhana namun mendalam, semoga setiap doa yang dipanjatkan menjadi cahaya bagi Sidoarjo daerah yang aman, sejahtera, dan diberkahi.
“Mudah-mudahan semua doa hari ini dikabulkan Allah SWT dan Sidoarjo senantiasa berada dalam keberkahan,” pungkasnya.












