Iswanto biro Lamongan jadikabar.com menyampaikan apresiasinya Di hari Pahlawan 10 November

Lamongan – jadikabar.com Iswanto Biro Lamongan menyampaikan ucapan selamat memperingati Hari Pahlawan Nasional 2025 yang jatuh pada 10 November (10/11/2005).

Dalam pesannya, Iswanto menegaskan bahwa semangat juang para pahlawan tidak boleh padam, melainkan terus hidup dalam setiap langkah anak bangsa, termasuk para insan pers yang berperan menjaga kebenaran dan keadilan.

“Selamat Hari Pahlawan! Semangat juang para pahlawan selalu menjadi tauladan dan lentera yang menerangi jalan kita., kita meneruskan perjuangan mereka melalui dedikasi, keberanian, dan integritas dalam menjalankan fungsi jurnalistik yang berpihak pada kebenaran dan kepentingan rakyat,” ujar Iswanto dalam pernyataannya,

kepahlawanan tidak selalu hadir dalam gegap gempita perang, tetapi juga dalam kesunyian perjuangan sehari-hari. Ia bukan hanya milik mereka yang mengorbankan nyawa di medan laga, tetapi juga milik mereka yang mengorbankan kenyamanan demi menjaga nurani dan keberlanjutan hidup.

Filsafat kehidupan mengajarkan: musuh terbesar manusia bukanlah yang berada di luar dirinya, melainkan yang bersarang di dalam kebodohan, kemalasan, dan ketidakpedulian. Maka, menjadi pahlawan sejati adalah menaklukkan diri sendiri.

Dengan kesederhanaannya yang jujur, adalah ruang ujian moral yang paling hakiki. Di sana, kerja keras menjadi doa, gotong royong menjadi etika, dan kesetiaan pada tanah menjadi bentuk pengabdian yang paling luhur.

Kita hidup di zaman yang serba cepat ketika makna sering tertinggal oleh langkah-langkah yang tergesa. Namun pada hari ini, 10 November 2025, marilah kita berhenti sejenak: menundukkan kepala bukan karena kalah, melainkan karena ingin mendengar bisikan para leluhur.

Mereka tidak menuntut kita menghunus pedang, tetapi mengasah nurani. Mereka tidak meminta kita menjadi pahlawan dengan nama besar, tetapi menjadi manusia yang setia pada kebenaran kecil.

Maka tugas kita bukan sekadar mengenang para pahlawan masa lalu, tetapi meneruskan semangatnya dalam kesaharian

Bagi seorang jurnalis Hari Pahlawan memiliki makna yang lebih subtil namun mendalam. Ia tidak bertempur di medan perang, tetapi di medan kebenaran. Pena dan katanya adalah pedang nurani yang menebas kabut kebohongan, ketimpangan, dan keheningan yang menutup suara rakyat kecil. Di tengah gemerlap berita kota dan derasnya arus informasi global,

Menulis bagi jurnalis bukan sekadar profesi, melainkan ibadah intelektual. Ia menggali makna dari keseharian, menyalakan api kesadaran, dan menulis bukan untuk dikenang, melainkan untuk menghidupkan kembali nurani bangsa. Dalam setiap kalimat yang jujur, ia sedang menanam benih kepahlawanan: kecil, namun abadi.

Pada Hari Pahlawan ini, marilah para jurnalis meneguhkan kembali tekadnya bahwa menulis adalah bentuk perjuangan, dan perjuangan adalah bentuk cinta. Sebab selama masih ada pena yang berpihak pada kebenaran, selama masih ada suara yang setia pada nurani, selama itu pula semangat kepahlawanan akan terus hidup dalam kata yang jujur, dalam berita yang berkeadilan, dan dalam cinta pada tanah kelahiran.

10 November: Hari Pahlawan Nasional
Tanggal ini memperingati peristiwa heroik Pertempuran Surabaya 10 November 1945, di mana ribuan pejuang dan rakyat Indonesia bangkit melawan pasukan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan. Dari kobaran semangat itu, lahirlah makna kepahlawanan sejati bahwa kemerdekaan dan kebenaran tidak pernah datang dari kenyamanan, tetapi dari keberanian untuk berkorban.

(Iswanto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *