Menunggu Hujan

Avatar photo
Menunggu Hujan
Menunggu Hujan

Jadikabar.com – Hujan memang punya cara unik membuat manusia tiba-tiba jadi penyair dadakan. Bayangkan, lagi asyik ngebut di jalan, eh, tiba-tiba langit buka keran tanpa aba-aba. Terpaksa berhenti di warung pinggir jalan, duduk di bangku plastik, nonton air jatuh kayak drama Korea yang episodenya tak berkesudahan. Aroma tanah basah bercampur kopi sachet jadi kombinasi yang aneh tapi menenangkan.
Biasanya, orang langsung buka ponsel — scroll medsos, lihat update story, senyum senyum sendiri lihat status kawan sebelah. Tapi di sisi lain, hujan seolah ngajak kita istirahat dari hiruk-pikuk dunia. Kata pakar sosial Prof. Ignas Kleden, Kehidupan modern sering lupa memberi ruang bagi keheninganm. Nah, hujan itu salah satu cara semesta menekan tombol pause buat kita.
Tapi lucunya, hujan juga suka bikin orang mendadak romantis. Yang tadinya cuek, tiba-tiba nulis status genit yang tak sempat dijemput. Padahal cuma nunggu hujan reda, bukan menunggu kapan dananya cair he he. Di warung, obrolan ringan berubah jadi diskusi berat tentang apasaja yang menrik, sosila, politik, dan harga gorengan yang naik terus.
Sementara itu, suara hujan di atap seng jadi irama yang lebih jujur dari lagu top chart. Ada ketenangan yang cuma muncul saat kita pasrah — ketika jas hujan lupa dibawa, dan satu-satunya pilihan adalah menikmati basahnya waktu.
Akhirnya, hujan mengajarkan satu hal sederhana: kadang hidup memang harus berhenti sebentar. Bukan karena kalah, tapi karena alam sedang menulis puisi untuk kita — dengan tinta air dan irama yang lembut di dada. Jadi, kalau hujan datang lagi, nikmati saja. Siapa tahu, di antara rintiknya, ada inspirasi baru… atau mungkin, chat balasan yang lama ditunggu.
Wah, suasananya sudah terasa banget — hujan deras, keretapun parkir di pinggir warung kopi, suara air menetes di atap seng, dan aroma tanah basah yang khas. Di saat begini, memang cuma dua pilihan: gelisah karena basah, atau menikmati jeda yang alam kasih.
Kalau mau membunuh waktu sambil tetap menikmati momen itu, bisa banget bikin suasana jadi hangat dan vibes-nya dapet. Iseng buka lagu dana data playlist yang cocok buat nunggu hujan reda:
Di momen begini, playlist lagu 90-an jadi penyelamat jiwa. Lagu “Kangen” dari Dewa 19 mendadak terdengar lebih dalam, padahal dulu cuma jadi latar suara warung mi ayam. Lagu “Kala Cinta Menggoda” nya Crisye pun tiba-tiba terasa kayak dikirim langsung dari semesta buat yang masih menunggu balasan pesan WhatsApp-nya. Enaknya Bikin playlist romantis 90-an — biar hujan, kenangan, dan lagu berpadu jadi satu rasa. Berikut daftar Playlist “Romantis Hujan 90-an” dengan judul playlist : “Hujan & Kenangan yang Belum Selesai. yaitu
1. Katon Bagaskara – Tak Ingin Sendiri
2. Kahitna – Cerita Cinta
3. Dewa 19 – Kangen
4. Sheila On 7 – Sephia
5. Chrisye – Kala Cinta Menggoda
6. Reza Artamevia – Pertama
7. Yovie & Nuno – Janji di Atas Ingkar
8. Sheila Majid – Antara Anyer dan Jakarta
9. Glenn Fredly – Januari
10. Andre Hehanusa – Kuta Bali
Dan begitulah, ketika hujan turun tanpa kompromi, playlist “Hujan & Kenangan yang Belum Selesai” jadi semacam selimut hangat di tengah udara lembab dan kenangan yang tiba-tiba muncul tanpa izin. Setiap lagu punya aroma masa lalu — ada yang wangi cinta pertama, ada yang bau rindu tak tersampaikan. Dari Katon Bagaskara sampai Glenn Fredly, semuanya seperti teman lama yang datang tanpa kabar tapi tetap tahu cara menenangkan hati. Di sela rintik hujan, suara Chrisye terasa seperti nasihat bapak-bapak bijak, sementara Kahitna sukses bikin hati senyum-senyum sendiri. Kadang, bukan hujan yang bikin sendu, tapi kenangan yang ikut turun bersamanya. Jadi, kalau suatu sore kamu terjebak di warung kopi pinggir jalan sambil nunggu hujan reda, biarkan playlist ini menemani. Karena sesungguhnya, hujan hanyalah alasan romantis bagi kita untuk mengulang kenangan — tanpa perlu benar-benar menyesali apa yang pernah terjadi.

Buat aku sih lagu 90-an sih nempel banget sampai sekarang. Karena dulu kita sangat menikmati video klip idola kita, kita tunggu banget tuh. Musik era 90-an memiliki nostalgia tersendiri… kita sampai hunting kaset, malah sampulnya tuh kita pegang terus sampai rusak.- Ayushita

Horas Hubanta Haganupan.
Horas …Horas … Horas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *