BATU – Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan kemajuan teknologi, tak banyak orang yang mau memadukan kerja keras manual dengan kecanggihan digital. Namun, hal itu justru dilakukan oleh Sugianto (39), warga Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, yang akrab disapa Zaki.
Sejak tahun 2021, Zaki menekuni profesi unik sebagai tukang tambal ban keliling berbasis online, sebuah inovasi sederhana namun berdampak besar bagi masyarakat. Dengan mengandalkan sepeda motor tuanya, Happy keluaran 2008, ia berkeliling se-Malang Raya untuk menolong pengguna jalan yang kendaraannya bocor atau mogok di tengah perjalanan.
“Awalnya hanya ingin bertahan hidup di tengah kesulitan ekonomi saat pandemi COVID-19. Tapi dari situ saya sadar, banyak orang butuh bantuan darurat saat ban bocor di jalan. Jadi saya buat layanan panggilan tambal ban online lewat WhatsApp,” tutur Zaki, Selasa (11/11/2025).
Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak 2020 membawa dampak ekonomi luar biasa bagi masyarakat, terutama bagi pekerja informal. Banyak yang kehilangan pekerjaan, termasuk Zaki. Namun, di tengah keterbatasan, ia memilih untuk bangkit.
Dengan modal Rp 1.500 ribu, ia membeli peralatan sederhana seperti pompa manual, kunci, tambalan tip-top, kompor kecil, dan kotak box untuk menyimpan perlengkapan tambal ban.
“Saya mulai dari nol. Waktu itu susah banget cari pekerjaan. Jadi saya berpikir, orang tetap butuh jalan meski pandemi. Ban bocor bisa di mana saja, dan mereka pasti butuh bantuan cepat,” katanya.
Dari ide sederhana itu, ia kemudian mencantumkan nomor WhatsApp 0877-5926-7084 di media sosial dan papan kecil di pinggir jalan. Tak disangka, banyak warga Batu dan Malang mulai menggunakan jasanya.
Setiap hari, Zaki siap siaga dari pagi hingga larut malam. Ia menyebut sistem kerjanya dengan motto khas “Buka Sak Tangine, Tutup Sak Kesele” — buka selama masih kuat, tutup kalau sudah benar-benar lelah.
“Saya tidak pasang jam tetap. Kadang tengah malam ada yang hubungi, ya saya jalan. Namanya orang butuh, masa saya diam saja,” ujarnya sambil tersenyum.
Tarif jasanya pun tergolong terjangkau. Untuk wilayah Kota Batu sekitar Rp 20.000, sedangkan di Kota Malang sekitar Rp 35.000, tergantung jarak tempuh.
Namun di balik tarif murah itu, perjuangan Zaki tidak mudah. Ia sering melayani pelanggan di tengah hujan, bahkan menempuh jarak hingga 15 kilometer di malam hari.
“Pernah juga motor saya hampir mogok di tengah jalan. Tapi saya tetap semangat karena tahu orang di ujung sana sedang butuh pertolongan,” kenangnya.
Bagi Zaki, menjadi tukang tambal ban bukan hanya soal mencari uang, tapi juga menolong sesama. Ia percaya bahwa kebaikan kecil bisa membuka pintu rezeki yang besar.
“Menolong orang itu ibadah. Rezeki akan datang sepanjang kita berusaha dan berdoa. Jangan malu bekerja, yang penting halal,” ujarnya tegas.
Ia juga berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi anak muda agar tidak gengsi bekerja apa pun selama dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memberi manfaat bagi orang lain.
“Saya cuma ingin bermanfaat. Kalau saya bisa bantu orang di jalan, berarti hidup saya berguna,” pungkasnya.
Fenomena seperti Zaki menjadi bukti bahwa ekonomi digital mikro di tingkat akar rumput semakin berkembang. Jasa berbasis panggilan daring kini tidak hanya terbatas pada transportasi atau makanan, tapi juga merambah ke layanan kecil seperti tambal ban keliling, servis AC, hingga perbaikan elektronik.
Inovasi semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, bahkan dari sektor informal sekalipun.
Zaki adalah contoh nyata bagaimana teknologi dan ketekunan bisa berjalan beriringan untuk membuka pintu rezeki baru.












