JAKARTA, JADIKABAR.COM – Suasana sore di gedung Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI terasa lebih hidup pada Rabu (27/8). Di salah satu ruang audiensi, Bupati Malang Drs. H. M. Sanusi, MM duduk berhadapan dengan pejabat pusat. Tak hanya datang sendiri, ia membawa serta jajaran kepala perangkat daerah. Agenda mereka bukan sekadar basa-basi birokrasi, ada sebuah mimpi panjang yang ingin ditegaskan, yaitu percepatan pembangunan Jalan Tol Malang-Kepanjen serta usulan Inpres Jalan Daerah di Kabupaten Malang.
Audiensi itu diterima hangat oleh Agust Jovan Latuconsina, Staf Khusus Bidang Manajemen dan Kerja Sama Antar Lembaga Kemenkominfra. Seperti seorang tamu yang membawa kabar penting dari daerah, Sanusi atau yang akrab disapa Abah Sanusi memaparkan betapa tol ini menjadi urat nadi baru bagi Malang Raya, khususnya wilayah selatan yang kaya potensi tetapi masih kerap terisolasi akses transportasi.
“Semoga melalui audiensi ini dapat segera terealisasikan pembangunan Jalan Tol Malang-Kepanjen. Kehadiran jalan tol akan memberi manfaat besar, mulai dari peningkatan konektivitas, mendorong ekonomi, hingga mengangkat sektor pariwisata selatan Kabupaten Malang,” tutur Abah Sanusi.
Bukan tanpa alasan ia begitu yakin. Jalan sepanjang hampir 30 kilometer ini akan menghubungkan Kedungkandang (akhir tol eksisting di Kota Malang) hingga Kepanjen, ibukota Kabupaten Malang. Jalur tersebut bukan hanya aspal dan beton, melainkan jalan yang diimpikan warga agar distribusi hasil pertanian lancar, wisata pantai lebih mudah dijangkau, hingga waktu tempuh antara kota dan desa terpangkas drastis.
Terpisah, Chairul Isnadi Kusuma, Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang, menambahkan bahwa usulan tol tersebut bukan sekadar wacana. Jalan tol Malang-Kepanjen telah tercantum dalam Perpres No. 80 Tahun 2019 dan Kepmen No. 367 Tahun 2023, yang menetapkannya sebagai proyek prioritas dengan target pembangunan periode 2025–2029.
“Mendasar hal tersebut, kami bersama Bapak Bupati menjemput bola melalui Kemenkominfra RI agar percepatan pembangunan tol ini bisa segera didorong kepada Kementerian Pekerjaan Umum,” jelas Chairul, yang akrab disapa Oong.
Kabar baiknya, Staf Khusus Kemenkominfra, Agust Jovan Latuconsina, menerima audiensi tersebut dengan tangan terbuka. Ia berjanji akan segera menyampaikan hasil pertemuan ini kepada Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI, Agus Harimurti Yudhoyono.
Tak berhenti di situ, sebelum meninggalkan gedung, Abah Sanusi juga sempat berjumpa dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional. Pertemuan singkat itu semakin menegaskan bahwa perjuangan Pemkab Malang bukan sekadar di atas kertas, tetapi nyata mengetuk pintu pusat demi percepatan pembangunan.
Tol Malang-Kepanjen memang menjadi magnet utama, namun audiensi ini juga mengangkat usulan Inpres Jalan Daerah. Infrastruktur dasar seperti jalan penghubung antar desa, jalur pertanian, hingga akses pelayanan publik akan ikut terdongkrak jika Inpres ini digolkan.
Bagi warga Malang selatan, tol bukan hanya jalan pintas, melainkan simbol bahwa daerah mereka tak lagi menjadi “pinggiran”. Dengan jalan yang lebih baik, harapan masa depan pun lebih terang: ekonomi bergerak, wisata berkembang, pendidikan dan kesehatan lebih mudah dijangkau.
Audiensi itu boleh berakhir sore hari, tetapi percakapan tentang tol Malang-Kepanjen terus menggema. Sebuah bukti bahwa pembangunan tidak hanya tentang proyek fisik, tetapi juga tentang keberanian daerah untuk memperjuangkan mimpinya di meja pusat.