Daerah  

KLINIK BUMDes Wates, Terobosan Baru yang Mengubah Cara Desa Bertumbuh

Avatar photo

JadiKabar – Pemerintah Kecamatan Wates resmi memperkenalkan inovasi KLINIK BUMDes, sebuah terobosan pembinaan terpadu yang diharapkan mampu memperkuat tata kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar lebih mandiri, profesional, dan berdaya saing. Inovasi ini digagas oleh Camat Wates saat itu, Agus Zaenal, yang kini menjabat Kepala Dinas PUPR Kabupaten Blitar, sebagai respons atas berbagai persoalan riil yang dihadapi BUMDes di lapangan—mulai dari lemahnya kapasitas manajerial, persoalan legalitas, hingga rendahnya kontribusi BUMDes terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes). Menurut Agus, KLINIK BUMDes lahir dari kebutuhan mendesak untuk menghadirkan pola pembinaan yang terstruktur dan berkelanjutan, sejalan dengan landasan regulasi seperti UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP Nomor 11 Tahun 2019 tentang BUMDes, serta Permendesa PDTT Nomor 4 Tahun 2015. Banyak BUMDes, katanya, masih mengalami stagnasi karena minim inovasi usaha, ketergantungan pendanaan, lemahnya administrasi keuangan, terbatasnya jaringan pemasaran, dan kurangnya kemampuan dalam analisis kelayakan usaha. KLINIK BUMDes hadir sebagai model pembinaan satu pintu yang mengintegrasikan layanan konsultasi legalitas, penguatan kelembagaan, pendampingan usaha, akses kemitraan, hingga pusat pengetahuan praktik terbaik yang dapat diakses secara online maupun offline.

Peran Pendamping Desa atau Tenaga Pendamping Profesional (TPP) menjadi kunci dalam memastikan inovasi ini berjalan efektif. Mereka terlibat sejak tahap identifikasi masalah BUMDes, pendampingan penyusunan dokumen kelembagaan dan legalitas, penguatan kapasitas SDM, hingga analisis kelayakan usaha yang menjadi dasar kurasi layanan di Klinik BUMDes. Pendamping desa juga memastikan setiap BUMDes mendapatkan solusi yang tepat sesuai karakteristik masing-masing, sekaligus menjaga agar proses pembinaan terdokumentasi dan terpantau secara berkelanjutan. Koordinator Kecamatan TPP Wates, Zakiya Ulfa, menegaskan bahwa Klinik BUMDes membawa angin segar bagi pembinaan usaha desa. “Selama ini banyak BUMDes ingin berkembang namun bingung harus mulai dari mana. Klinik BUMDes memberikan ruang konsultasi yang jelas, terarah, dan responsif. Kami para TPP sangat terbantu karena pembinaan kini lebih sistematis dan mampu menyentuh persoalan riil di lapangan,” ujar Zakiya. Ia menambahkan bahwa sinergi yang terbangun antara Kecamatan, Pemerintah Desa, Dinas PMD, dan Pendamping Desa membuat pembinaan BUMDes menjadi lebih kuat dan berkelanjutan.

Dampak positif mulai terlihat dari implementasi awal program ini. BUMDes Sekar Arum Desa Sumberarum berhasil mengembangkan greenhouse melon hidroponik sebagai model agribisnis modern yang membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Sementara itu, BUMDes Sumber Mulya Desa Tulungrejo mampu membangun tandon air pertanian dan sistem pipanisasi yang memperkuat ketahanan pangan desa. Kedua contoh ini menunjukkan bahwa pembinaan terarah melalui Klinik BUMDes tidak hanya meningkatkan kapasitas manajemen, tetapi juga menggerakkan inovasi usaha yang bermanfaat langsung bagi warga desa. Keberhasilan ini juga diperkuat melalui kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan Bappedalitbang Kabupaten Blitar dalam fasilitasi sosialisasi, pendampingan implementasi, hingga penguatan pelaporan inovasi kepada Kementerian Dalam Negeri, sehingga program dapat direplikasi secara lebih luas.

Melalui inovasi KLINIK BUMDes, Kecamatan Wates menegaskan komitmennya untuk mendorong seluruh BUMDes menjadi motor penggerak ekonomi desa yang transparan, adaptif, serta mampu memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Pendekatan pembinaan yang lebih terarah, ditambah kolaborasi erat antara pemerintah kecamatan, pemerintah desa, dinas terkait, dan Pendamping Desa, menjadi landasan kuat terciptanya transformasi BUMDes menuju lembaga usaha desa yang tangguh, modern, dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *