banner 728x250

Hari Jadi Desa Ngajum ke 149, Bersama Niken Salindry

redaksi
Foto niken salindry saat perform

Ngajum, JADIKABAR.COM – Suasana Lapangan Desa Ngajum berubah menjadi lautan manusia saat ribuan warga berkumpul merayakan Hari Jadi Desa Ngajum yang ke-149. Acara yang dihadiri sekitar 6.000 warga ini menjadi momen penuh kebanggaan, keceriaan, serta pelestarian budaya lokal yang sarat makna (12/06).

Sejak sore, warga dari seluruh penjuru Desa Ngajum dan desa-desa sekitar mulai memadati area lapangan desa. Tamu-tamu undangan dari berbagai unsur, seperti perwakilan Polres Malang, Perangkat Desa, ketua RT dan RW se-Desa Ngajum, turut hadir dalam perayaan yang berlangsung meriah namun tetap tertib ini.

Desa Ngajum memiliki sejarah panjang yang bermula sejak masa kolonial, dan kini telah memasuki usia ke-149 tahun. Dulu, Ngajum dikenal sebagai titik strategis jalur pertanian dan perdagangan di kawasan Malang barat. Dari waktu ke waktu, desa ini tumbuh menjadi pusat ekonomi masyarakat agraris, sekaligus tempat bertemunya beragam kebudayaan lokal yang kaya dan dinamis.

Nama Ngajum dipercaya berasal dari kata “nujum” yang berarti peramal atau petunjuk arah, merujuk pada leluhur desa yang dianggap memiliki pengetahuan spiritual. Empat tokoh utama diyakini menjadi pelopor berdirinya desa ini, yakni Mbah Ageng, Mbah Sabar, Mbah Sidiq, dan Mbah Tejowati. Mereka membuka lahan, membangun pemukiman, serta menetapkan tatanan sosial yang kemudian berkembang menjadi Desa Ngajum.

Perayaan hari jadi ini bukan hanya seremoni, tetapi bentuk syukur atas perjalanan panjang desa serta harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Ngajum, Bapak Setyo Budi, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh panitia dan masyarakat atas dukungan dalam menyukseskan acara ini.

“Kami atas nama pemerintah desa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Desa Ngajum berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, dan kami mohon maaf bila ada kekurangan, baik yang disengaja maupun tidak,” ucap beliau disambut tepuk tangan hangat warga.

Puncak acara semakin semarak dengan penampilan seni jaranan dari grup legendaris Mayangkoro Original Kediri, yang membawakan atraksi khas budaya Jawa yang memukau. Suasana menjadi makin riuh saat Niken Salindry, penyanyi cilik bersuara emas yang sedang naik daun, tampil menyanyikan lagu-lagu daerah dengan penuh penghayatan.

Namun kejutan manis datang ketika mama Wiwin Arumina, ibunda Niken, turut naik ke atas panggung menyumbangkan suara.

“Sudah lama saya nggak nyanyi dan nggak make up, tapi tadi di belakang panggung malah dirias sama mbak Niken sendiri,” ucapnya sambil tertawa, disambut gelak tawa penonton.

Tampak pula Pak Sholeh, ayah dari Niken, ikut naik panggung, menciptakan momen keluarga yang hangat, penuh canda dan tawa, yang membuat penonton merasa dekat dan ikut tersenyum bahagia.

Tak hanya panggung hiburan, perayaan ini juga menyediakan lapak UMKM bagi warga Desa Ngajum dan sekitarnya. Puluhan stan makanan, kerajinan tangan, serta produk lokal lainnya berjajar rapi di sekitar lapangan, memberikan kesempatan bagi pelaku usaha kecil untuk meraih rejeki di tengah suasana pesta rakyat.

Warga tampak antusias berbelanja jajanan tradisional, produk UMKM, hingga aneka oleh-oleh khas Malang. Momentum ini menjadi bukti nyata bahwa perayaan budaya bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Hari Jadi Desa Ngajum ke-149 bukan hanya sekadar perayaan, tapi simbol kekuatan gotong royong, cinta budaya, dan harapan bersama. Di tengah guyuran cahaya lampu panggung dan senyum ribuan warga, Desa Ngajum menunjukkan bahwa warisan leluhur tetap hidup di tengah modernitas. hangat, bersahaja, dan penuh makna.

Berikut tambahan kalimat formal yang dapat dimasukkan ke dalam artikel, mewakili pernyataan dari salah satu panitia, Bapak Agung:

Salah satu panitia penyelenggara, Bapak Agung, turut menyampaikan harapannya agar perayaan Hari Jadi Desa Ngajum seperti ini dapat dijadikan agenda rutin tahunan.

“Kami berharap kegiatan semacam ini tidak hanya berhenti sebagai bentuk hiburan semata, tetapi dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari penguatan identitas desa, pelestarian seni tradisional, dan wadah promosi budaya lokal yang bernilai tinggi. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan kebersamaan, kami percaya bahwa kegiatan ini mampu mempererat ikatan sosial antarwarga sekaligus mengangkat potensi Ngajum ke tingkat yang lebih luas.”  Tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *